Kongres PSSI yang digelar di Hotel Sultan, Jakarta, Jumat, 20 Mei lalu berakhir deadlock. Ketua Komite Normalisasi, Agum Gumelar menilai kondisi ini seharusnya bisa dicegah bila oleh pemerintah.
“Sebetulnya banyak yang bisa dilakukan pemerintah untuk mencegah ini terjadi,” kata Agum Gumelar, kepada wartawan, Sabtu, 21 Mei 2011.
Menurut Agum, langkah pemerintah dalam melobi FIFA juga sudah terlambat. Pasalnya, perwakilan FIFA yang hadir pada Kongres PSSI, Thierry Regenass dan Van Hatum sudah menyaksikan seluruh kejadian yang berlangsung selama sidang.
“Percuma juga bila pemerintah melakukan lobi, karena FIFA sudah melihat dengan mata kepala mereka sendiri (situasi Kongres PSSI),” ujar Agum.
Hujan interupsi dari peserta yang tergabung dalam kelompok 78 mewarnai Kongres PSSI, Jumat lalu. Manuver yang dilakukan dalam memaksa pencalonan Arifin Panigoro dan George Toistutta membuat sidang menemui jalan buntu.
Kehadiran dua wakil FIFA, Thierry Regenass dan Van Hatum juga tak membuat sikap anggota-anggota kelompok 78 yang ada di Kongres melunak. Sebaliknya, mereka semakin berapi-api dalam mengritik sikap FIFA terkait Arifin dan George.
Suasana semakin panas saat Agum yang bertindak selaku pimpinan sidang tidak bersedia mengubah agenda kongres. Agum akhirnya menghentikan sidang setelah melihat kondisi yang sudah tidak kondusif.
Situasi ini telah menempatkan sepakbola Indonesia di ambang kehancuran. FIFA rencananya akan membahas kisruh yang terjadi pada Kongres PSSI ini saat rapat exco digelar, 30 Mei 2011 mendatang.
Komite Normalisasi sedang menyusun laporan Kongres yang akan diberikan kepada FIFA dalam waktu dekat ini. Nasib sepakbola Indonesia selanjutnya akan dibahas oleh FIFA dalam rapat exco, 30 Mei 2011.
Pemerintah akan mengupayakan agar Indonesia tidak terkena sanksi FIFA. Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Andi Mallarangeng rencananya akan berdialog dengan Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), Rita Subowo, Agum Gumelar, dan stake holder PSSI, dengan FIFA.